Sabtu, 07 Mei 2011

DECOMPENSASI CORDIS
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Decompensasi Cordis gagal jantung merupakan suatu keadaan fatofisiologis berupa kelainan funsi jantung sehingga janjung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi metabolism jaringan dan kemapuan hanya ada jika disertai peningkatan volume diastolic secara abnormal.
Factor predisposisi gagal jantung atau dekonvensasi jantung adalah penyakit yang menurunkan fungsi ventrikel (seperti enyakit arteri koroner hipertensi kardimiopati, penyakit pembuluh darah atau penyakit jantung kongenital) dan keadaan yang membatasi pengisian ventrikel (steanosis mitral kardiomiopati, atau penyakit perikardial). Factor pencutus termasuk meningkatnya asupan garam, ketidak patuhan menjalani pengobatananti gagal jantung/DC. Infark miokard akut (mungkin yang tersembunyi), serangan hipertensi, aridmia akut, infeksi atau demam, emboli paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan dan endokarditis infektif.
B. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan baian jantung yang mengalami kegagalan, gagal jantung di bagi menjadi atas gagal jatung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung kongesti. Gejalah dan tanda yang timbul pun berbeda , sesuai dengan bagian tersebut.
Pada gagal jantung kiri terjadi dispneu, fatig, ortopnea, dispnea, nocturnal, proksimal, batuk, pembesaran jantung irama derap, ventrikuler hearing, bunyi derap S3 pulmonalis. Pada gagal jantung kanantimbul fatig, edema, lever engorgerment, anoreksia dan kembung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan, hearimh ventrikel kanan, irama derap jantung/atrium kanan, mumur, tanda-tamda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi P2 mengeras, asites, hidrotorax, peningkatan tekanan vena, heritomegali dan edema fitting. Sedangkan gagal jantung kongesti terjadi menifestasi gabungan gagal jantung kiri/kanan.
New York association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas
* Kelas 1. Bila klien dapat melakukan aktivitas berat tampa keluhan
* Kelas 2. Bila klien tidak dapat melaukan aktivitas berat sehari-hari tanpa keluhan
* Kelas 3. Bila klien tidak dapat malakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan
* Kelas 4. Bila klien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus tirah baring
C. DIANOSIS GAGAL JANTUNG KONGESTI (KRITERIA FRAMINGHAM)
Criteria mayor
1. Dispneu noktural proksimal atau ortopnea
2. Peningkatan takanan vena jugularis
3. Rongki basah tidak nyaring
4. Kordiomegali
5. Edema paru akut
6. Iram derap S3
7. Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
8. Refluks Hepatojugula
Kriteria Minor
1. edema pergelangan kaki
2. batuk malam hari
3. dyspneu D’effert
4. hematomegali
5. efusi pleura
6. kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
7. takikardi (>120x/menit)
criteria mayor dan minor berupa penurunan berat badan >4,5 kg dalam 5 hari setelah terapi
diagnose biasanya ditegakkan dari 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor harus pada saat yang bersamaan
D. PEMERIKASAAN PENUNJANG
Pemeriksaan foto torax dapat mengarah ke kardiomegali, corakan vaskuler paru mengambarka kranialisasi, gars kerly A/B. infiltrate pericardia kesua paru dan efusi pleura. Fungsi EKG untuk melihat penyakit yang mendasari seperti mfark miokard dan aritnia. Pemerikasaan lain seperi pemeriksaan Hbelektrolit, ekokardiografi, angiografi, fungsi ginjaldan fungsi tyroiddilakukan atas indikasi.
E. PENATALAKSANAAN
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan komsumsi o2 melalui istirahat/pembatasan aktifitas.
2. Perbaiki kontrak aktifitas otot jantung
* Mengatasi masalah yang repersibel, termasuk tirotoksiosis, miksedema, dan aritmia
* digitalisasi
i. dosis digitalis
1. digoksin oral untuk mengatasi digitalisasi 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x 0,5mg selam 2-4 hari
2. digoksin IV 0,75 -1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam
3. cedilanid IV 1,2-1,6 mg dalam 24 jam
ii. Dosis penuhjang untuk gagal jantung; digoksin 0,25 mg sehari, untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal disesuaikan.
iii. Dosis penujang digoksin untuk fibrialasi atrium 0,25 mg
iv. Digitalisasi capat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat
1. Digoksin 1-1,5 mg IV perlahan lahan
2. Cedilanid >0,4-0,8 mg IV perlahan lahan
Jantung berat dngan sesak napas hebat dan takikardia lebih dari 120x/ menitbiasanya diberikan digitalis cepat. Pada gagak jantung ringan diberikan digitalisasi peroral paling sering dilakukan Karen apaling aman. Pemberian dosis besar tidak selalu perlu, kecuali dperlukan efek maksimal secepatnya. Misalnya pada fibrinasi atriumrapid response. Dengan pemberian oral dosis biasa (pemeliharaan) kadar terapiutuk dalam plasma dapat dicapai dalam waktu 7 hari. Pemberian secara intra vena hanya dilakukan pada keadaan darurat harus dengan hati-hati dan secara perlahan-lahan.
3. Menuunkan beban jantung
Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garamdiuritik dan vasodilator.
a. Diet rendah garam
Pada gagal jantung dengan NHYA kelas IV penggunaan diuritik. Ddigoksin dan penghambat angiotensin enzyme(ACE) diperlukan mengingat usia harpan hidup yang pendek untuk gagal jantung kelas II dan III diberikan
1. Diuritik dalam dosis rendah atau menengah (furosemid 40-80 mg )
2. Digoksin pada pasien dengan vibrilasi atrium maupun kelainan irama sinus
3. Penghambat ACE (captopril mulai dari dosis 3x 6,25 mg atau setara pengahambat ACE yang lain. Dosis ditingakat kan secara bertahap dengan memperhatikan tekanan darah pasien isosorbid dinitras (ISDN) pada pasien dengan kemapuan aktivitas yang tergaanggu atau adanya iskemia yang menetap dosis dimulai 3x 10-15 mgsemua obat ini haus dititrasi secara bertahap )
b. Diuritik
Yang dinamakan furosemid 40-80 mg. dosis penunjang rata-rata 20 mg efek samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium atau diganti denga spironolakton, triamteren, amilorid adan asam otokrinad.
Dampak diuritik yang mengurang bahan awal tidak mengurangi curah jantung atau kelangsungan hidup tapi, merupakan pengobatan garis pertama karena mengurangi gejalah dan perawatan dirumah sakit. Pengguanaan penghambat ACE berrsama diuritik hemat kalium maupun suplemen kalium harus berhati-hati karena memungkinkan terjadinya hipokalemi.sss
c. Vasodilator
· Hitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual /0,2 mg/kg bb/menit IV
· Nitroprosid 0,5-1 mg /kg bb /menit IV
· Prasosin per oral 2,5 mg
· Penghambat ACE captopril 2x 6,25 mg
Dosis ISDN adalah 10-40 mg peroral atau 5-15 mg sublingual setiap 4-6 jam pemberian nitrogliserin secara intar vena pada keadaan akut dan harus dimonitor ketat dan dilakukan di ICCU
Captopril sebaiknya dimulaidari dosis kecil 6,25 mg. untuk itu dosis awal ini perlu diperhatikan efek sampingnya hipotensi yang harus dimonitor dalam dua jam pertam setelah pemberian. Jika secara klinis tidak ada tanda-tanda hipoksia maka dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sampai 2x 25-100 mg. captoppril dapat menyebabkan hipoglikemia dengan gangguan fungsi ginjal. Dosis awal kaptopril 2x 25 mg dapat di naikkan secara perlahan-lahan sampai 100mg
· Menurunkan beban akhir dengan dilator arteriol.