Jumat, 22 April 2011

askep

ASUHAN KEPERAWTAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “PRE OF APENDISITIS” DIRUANGAN PERAWATAN BEDAH RSUD NENE MALLOMO SIDENRENG RAPPANG



Oleh
Jumiati Borhan
Po.71.3.212.08.1.019



Politeknik kesehatan Makassar
Program studi keperawatan pare-pare
Tahun akademi 2009/2010
LANDASAN TEORI

A.      DEFENISI
Apendisitis merupakan peradangan dari apendisitis vasmifirmis dan penyebab abdomen akut yag paling sering, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki –laki maupum perempuan. Tapi lebih sering menyerang laki-laki yang berusia antara 10-20 tahun.
B.   ETIOLOGI
Apendisitis biasanya disebakan oleh penymbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel-folikel. Benda asing, perubahan struktur karena terjadinya fibrosis dan peradangan sebelumnya atau neoplasma.
C.   MANIFESTASI KLINIK
Apendisitis Mengalami  obtruktif dari etiologi tersebut (benda asing) menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.  Makin lama makin banyak ,ukus yang tertimbun.namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasab sehingga mengalami peningkatan tekan lumen. Sehingga tekanan tersebut menghambat saluran limfe yang mengakibatkan edema. Diapendisis bakteri dn ulserasi mukosa sehingga terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukosa teru meningkat, maka tekanan akan terus meningkat pula. Hal tersebut akan menyebabkan obtruksi vena, edema dan bakteri akan menembus dinding usus. Sehingga terjadi peradangan  akan terjadi dan meluas dabn mengenai epigastrium setempat dan menimbulkan rasa nyeri  di daerah kana bawah keadaan ini disebut apendisitis supuratif akutsss
D.      PENATALAKSAAN
Pembedahan dilakukan jika ketajaman penglihatan menurun sedemikian rupa sehingga menggangaggu pekerjaan sehari –hari atau bilah telah menimbulkan penyakit seperti glukoma dan ureitis. Tingkat keberhasilan pada katarak senile 90%. Sedangkan komplikasi yang sring timbul akibat operasi adalah glukoma, abrasi retina. Pendarahan vitreus, inveksi, atau pertumbuhan epitel ke kamera okuli anterior. Katarak congenital harus dideteksi dini karena bila menutup aksis visual harus segerah dioperasi. Untuk mencegah ambliopia.
Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakonsuler, dimana sisi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau pembedahan. Namun, dengan tehnik ini dapat muncul penyai sekunder. Dengan tehnik ekstraksi katarak ekstrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa dengan kapsul di keluarkan, dapat dilakukan pada katarak senile yang matur atau zonula zinn Telah rapu. Namun tidak boleh dilakukan pada klien yang berusia < dari 40 tahun. Katark imatur yang masi memiliki zonula zinn dapat pula dilakuka denga tehnik ekstrakapsuler dengan fokoemulsifikasi yaitu frakmentasi nukleuslensa dengan gelombang ultra sonic, sehingga hanya dibutuhkan insisi kecil. Dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan klien meningkat.
Sebaiknya ditanam lensa intraokulerpada saat pembedahan. Sehingga tidak perlu memakai kacamata afakia. Lensa okuler adalah ureitis berulang, retinopoli diabetic, proliperatif, rubeosis iridis, dan glukoma neovaskular.
 Penatalaksanaan pascaoprasi terutama ditujukan untuk mencegah infeksi dan terbukanya luka operasi. Klien diminta tidak banyak bergerak dan menghindari mengangkat beban yang berat selama sebulan. Mata ditutup selama beberapa hari atau dilindungi dengan kacamata atau pelindungan ada siang hari.selama beberapa minggu harus dilindungi dengan pelindung logam pada mala hari. Kacamata permenen diberikan 6-8 minggu setelah operasi.
ASUHAN KEPERAWTAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN “KATARAK” DIRUANGAN PERAWATAN BEDAH
RSUD NENE MALLOMO SIDERENG RAPPANG

No.RM     ;                                        Tgl MRS          ;
Tgl pengkajian ;
Ruangan ; sambiloto


        I.            DATA UMUM
1.      Identitas klien
Nama                                 ;
Umur                                 ;  thn
Alamat                               ; tanru’tedong
Jenis kelamin                     ; perempuan
Status perkawinan              ; kawin
Agama                               ; islam
Suku                                  ; bugis
Pekerjaan                           ; IRT
Sumber informasi              ; klien dan kelarga
Pendidikan terakhir                        ; tamat SD
2.      Identitas penanggung
Nama                                 ; Tn
Umur                                 ; tahun
Alamat                               ; tanru’ tedong.
Jenis kelamin                     ; laki-laki.
Pekerjaan                           ; wiraswasta
Hubungan dengan pasien   ; cucu.
     II.            RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1.      Keluhan utuma ; klien merasa penglihatannya kabur.
2.      Alas an masuk rumah sakit
Klien mengalami gangguan penglihatan (tidak dapat melihat)  karena karak pada mata.
3.      Riwayat penyakit
Provokatif  ; klien mengatakannyeri pada mata ( setelah operasi)
Quality       ; klien mengatkan nyeri seperti tertusuk-tusuk dan terasa ada benda asing.
Region       ; mata
Saverity     ; skala sedang (5) skala 1-10
Timing       ; menetap.
   III.            RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a.       Riwayat penyakit yang pernah dialami
Saat kecil                     ; klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama saat kecil
Riwayat keperawatan   ; klien mengatakan sering berobat di rumah sakit dan puskesmas
Riwayat oprasi             ; klien mengatakn belump ernah mengalami oprasi   sebelumnya.
b.      Riwayat alergi
Keluarga Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
c.       Riwayat imunisasi
Keluarga Klien mengatakan tidak tahu tetang riwayat imunisasinya.
   IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
genogram
 

Keterangan:
                       : laki laki
                      
                       : perempuan

      : klien
      : meninggal

--------         : tingggal serumah
  • Kedua orang tua dan mertua klien telah meninggal karena factor usia.
  • Klien tinggal serumah dengan keluarganya.
  • Klien anak ketiga dari tiga orang bersaudaradan kedua saudara klien telah menggal dunia.
  • Klien memiliki dua orang.



  1. RIWAYAT PSIKOSOSIAL  DAN SPIRITUAl
1.      Pola koping ; klien menatakan jika klien mempunyai masalah dalam kehidupan nya selalu mengatasinya sendiri.
2.      Harapan klien terhadap penyakitnya ; klien berharap penyakitnya segera sembuh agar klien dapat pulang kerumah.tidak terlalu cemas dengan penyakitnya.
3.      Factor stressor ;klien mengatakan tidak terlalu cemas dengan keadaannya.
4.      Konsep diri ; klien dapat menerima keadaannya sekarang
5.      Adaptasi klien ; klien dapat beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya, dengan dokter, perawat, dan sesame pasien.
6.      Pngetahuan klien tetang penyakitnya ; klien mengetahui tetang penyakitnya.
7.      Hubungan klien dengan keluarga ; klien mengatakan hubungan dengan keluarganya baik.
8.      Hubungan dengan masyarakat ; klien mengatakan hubungan dengan masyarakat baik.
9.      Perhatian klien denngaan lawan bicar ; klien focus dan bebicara
10.  Aktivitas social ; -
11.  Bahasa yang sering digunakan ; bahasa bugis dan bahasa Indonesia.
12.  Keadaan lingkungan ; lingkungan yang di tempati cukup bersih.
13.  Keadaan kegamaan ; klien mengatakan taat menjalankan kegiatan keagamaan
14.  Keyakinan terhadap kesehatan ; klien yakin akan sembuh bila di tangani secara medis
  1. PEMERIKSAAN FISIK.
1.       Keadaan umum
Cirri cirri distress               : klien Nampak gelisah degan keadaanya.
Tingkat kesadaran           : composmentis
Penampilan dihubungkan dengan usia ; sesuai dengan usia.
Tinggi bada dan berat badan ; tidak diukur.

2.       Head to toe
·         kulit dan integument
I               : terlihat pucat
P             : turgor kulit jelek
·         kepala / rambut
I                 :keadaan rambut  bersih, rambut berminyak dan tampak beruban tidak ada luka
P               : tidak ada nyeri tekan tidak massa tumor, rambut tidak mudah patah/ tercabut.
·         muka
I               : bentuk wajah simetris ka/ki
P             : terdapat vesikel tapi tidak nyeri tekan.
·         mata / penglihatan
I                 : mata klien Nampak terpasang verband
P             : nyeri tekan(+), massa tumor tidak ada
·         hidung / penciuman
I                 : simtris kiri dan kanan, tidak terdapat peradangan, tidak ada sumbatan,
P               : nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada
·         mulut / gigi
I                 : gigi klien sudah tidak lengkap, keadaan gusi berwarna kehitaman, keadaan bibir lembab.
P             : tidak dilakukan.
·         telinga / pendengaran
I                 : bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan, tidak ada pendarahan, tidak mengguanakan alat bantu
P             : tidak nyeri tekan dan massa tumor
·         tenggorokan
I               ; warna mukosa merah mudah. Tidak ada pembesaran tonsil.
P             ; tidak ada nyeri tekan.
·         leher
I                 : tidak Nampak adanya pembesaran kelenjar tiroid7 limpe, vena jongularis, tidak ada peradangan tidak Nampak adaya luka.
P               : tidak nyeri tekan dan massa tumor, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
·         Thoraks.
I               : bentuk simetris kiri dan kanan,
P             : tidak nyeri tekan dan massa tumor, vocal premitus getaran ki/ka sama.
·         abdomen
I                 : tampak datar, kulit sama dengan disekitarnya, tidak ada luka dan bekas operasi.
P             : tidak nyeri tekan dan massa tumor
P2           :  tidak dilakukan
A             : tidak dilakukan.

·         genitalia
klien mengatakan tidak ada kelainan pada genital/ tidak dilakukan pemeriksaan
·         ekstermitas atas dan bawah
o   atas       
§  pergerakan baik
§  kekuatan otot ki/ka sedang
§  reflex bisep ki/ka sedang.
§  Reflex trisep ki/ka sedang.
o   Sensori
§  Nyeri tekan        ; ka/ki tidak ada nyeri
§  Suhu                      ; dapat membedakan panas/dingin.
§  Raba                      ; dapa merasakan saat diraba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar