Sabtu, 23 April 2011

PLASENTA PREVIA

                              ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS PLASENTA PREVIA



DI SUSUN OLEH
TINGKAT
III D


UPTD AKPER ANGING MAMMIRI
PROVINSI SULAWESI SELATAN
MAKASSAR
2011




 
A.   DEFINISI

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).
Menurut Prawiroharjo (1992), plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.

B.   KLASIFIKASI
Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:
1.    Plasenta Previa Totalis
Bila
plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
2.    Plasenta Previa Parsialis
Bila hanya sebagian/separuh
plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam.
3.    Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi
plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4.    Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)
Lateralis
plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
C.   ETIOLOGI
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup:

1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok

Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan menjadi 4 derajat yaitu:
1.    Total bila menutup seluruh serviks
2.    Partial bila menutup sebagian serviks
3.    Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta).
4.    Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir)

D.   FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI

Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah:

1. Melebarnya pertumbuhan plasenta:

1.    Kehamilan kembar (gamelli).
2.    Tumbuh kembang plasenta tipis.

2. Kurang suburnya endometrium:

1.    Malnutrisi ibu hamil.
2.    Melebarnya plasenta karena gamelli.
3.    Bekas seksio sesarea.
4.    Sering dijumpai pada grandemultipara.

3. Terlambat implantasi:

1.    Endometrium fundus kurang subur.
2.    Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang siap untuk nidasi.

E.   PATOFISIOLOGI (PATHWAY)

Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus


sampai tingkat tertentu tidak dapat
 


dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.


Etiologi, kehamilan lanjut dan persalinan


Segmen bawah melebar dan menipis


Pembukaan serviks


Plasenta menempel di segmen bawah/plasenta lepas dari dinding uterus


Sinus uterus robek


Perdarahan






E. TANDA DAN GEJALA

Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah:

1.    Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang
2.    Darah biasanya berwarna merah segar.
3.    Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4.    Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
5.    Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

F.  KOMPLIKASI

Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut:

1. Pada ibu dapat terjadi:
a.    Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
b.    Anemia karena perdarahan
c.    Plasentitis
d.     Endometritis pasca persalinan

2. Pada janin dapat terjadi:
a.    Persalinan premature
b.    Asfiksia berat

G.   PROGNOSIS

Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah,2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah,2004).

H.   PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:

1.    Kaji kondisi fisik klien
2.     Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3.     Menganjurkan klien istirahat
4.     Mengobservasi perdarahan
5.    Memeriksa tanda vital
6.    Memeriksa kadar Hb
7.     Berikan cairan pengganti intravena RL
8.     Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
9.     Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan < 37 minggu.

I.      DATA SISTEM PENGKAJIAN

1. Pemeriksaan Fisik
a.    Umum
            Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:

1) Rambut dan kulit

Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.
                                    2) Wajah

Mata : pucat, anemis
Hidung
Gigi dan mulut

3) Leher
4) Buah dada / payudara
 
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler

5) Jantung dan paru

Volume darah meningkat
Peningkatan frekuensi nadi
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
Diafragma meningga.
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
                                    6) Abdomen

Menentukan letak janin
Menentukan tinggi fundus uteri

                                    7) Vagina

Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)
Hipertropi epithelium

                                    8) System musculoskeletal

Persendian tulang pinggul yang mengendur
Gaya berjalan yang canggung
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal

b) Khusus

1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin

2. Pemeriksaan Diagnostik

a. USG untuk diagnosis pasti, yaitu untuk menentukan letak plasenta.
b. Pemeriksaan darah: Hb, Ht (Roeshadi, 2004).

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.    Perfusi jaringan tidak efektif (plasental) b.d. kehilangan darah (hipovolemia).
2.    Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.
3.    Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.
4.    Ansietas b/d Ancaman kematian ( dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.
5.    Resiko tinggi cedera (ibu) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun.

K. PERENCANAAN

DX 1
Intervensi
·         Kaji penyebab terjadinya perdarahan (abrasi plasenta, plasenta previa, merokok, penggunaan kokain, PIH (pregnance induced hiertention).
·         Kaji secara akurat kemunginan harapan hidup janin, kaji juga kapan menstruasi terakhir ibu, prioritaskan pelaporan yang didapat dari Ultrasound atau riwayat obstetrik.
·         Inspeksi keadaan perineum, hitung jumlah dan karkateristik perdarahan.
·         Monitor TTV
·         Lakukan persiapan prosedur emergency antepartum , partum, seperti terapi oksigen, terapi parenteral IV dan mungkin infuse parallel.
·         Catat masukan dan pengeluaran makanan dan minuman.
·         Elevasikan ekstremitas bawah untuk meningkatkan perfusi ke aorgan vital dan fetus.


1.    Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat menunjukkan perfusi yang adekuat, dengan kriteria hasil:

·         Tanda-tanda vital stabil
·         Membrane mukosa berwarna merah muda
·         Pengisian kapiler normal (< 2 dtk).
·         Haluaran urin adekuat.
·         Pernapasan adekuat

Tujuan

·         Untuk menetapkan terapi yang sesuai.
·         Untuk dapat mencegah komplikasi dari perdarahan.
·         Untuk mengetahui perkembangan dari perdarahan yang terjadi oek
·         Untuk mencegah komplikasi sedini mungkin.
·         Untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik.
·         Mencegah kekurangan elektrolit, cairan dan nutrisi.
·         Agar aliran darah lancar
DX 2
Intervensi
1.    Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
2.    Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus.
Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan
3.    Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi – fowler. Hindari posisi trendelenburg.
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon.
4.    Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok
5.    Hindari pemeriksaan rectal atau vagina
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi.
6.    Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
7.    Siapkan untuk kelahiran sesaria.
Rasional: Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.

 Kriteria evaluasi;

            Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.



DX 3.
Intervensi

1.    Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah.
Rasional : Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2.    Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas
Rasional : Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.
3.    Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.
Rasional : Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen.
4.    Berikan suplemen oksigen pada klien
Rasional : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
5.    Ganti kehilangan darah/cairan ibu.
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen.
6.    Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat.
Rasional : Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin.

Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif (NST).

DX  4.
Intervensi

1.    Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
Rasional : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
2.    Pantau respon verbal dan nonverbal klien/pasangan.
Rasional : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien/pasangan.
3.    Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif.
Rasional : Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien untuk mengembangkan solusi sendiri.
4.    Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan.Jawab pertanyaan dengan jujur.
Rasional : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif.
5.    Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala.
Rasional : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa control terhadap situasi.

Kriteria evaluasi :

1.    Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin, dan masa depan kehamilan, mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat.
2.    Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat.
3.    Melaporakan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau perilaku yang menunjukkan ketakutan.
DX 5
Intervensi

1.    Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda/gejala syok
Rasional : Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.
2.    Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan.
Rasional : Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi.
3.    Catat masukan/haluaran urin. Catat berat jenis urin.
Rasional : Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin.
4.    Berikan heparin, bila diindikasikan.
Rasional : Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau untukmemblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan.
5.    Berikan antibiotic secara parenteral.
Rasional : Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.

            Kriteria evaluasi : Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi DBN normal.

            Tujuan

·         Untuk mengontrol terjadinya kecemasan.
·         Mengidentifikasi faktor penyebab ketidaknyamanan klien dan dapat dijadikan sebagai fokus utama penangana terhadap kecemasan klien.
·         Memberikan informasi sejelasnya kepada klien.















DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI . Jakarta
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
FKUI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta.
Cunningham, FG, Norman, F, Kenneth, J, Larry, C & Katharine, D 2006, Obstetri williams, Edisi ke 21, EGC, Jakarta.

Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian pasien, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hanafiah, TM 2004, Plasenta previa, diakses tanggal 1 Juni 2009, http://library.usu.ac.id

Manuaba, IBG 2003, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta.

McCloskey & Bulechek. 2000. “Nursing interventions classification (NIC)”, United States of America, Mosby.

Meidean, JM. 2000. “Nursing Outcomes Classification (NOC)”,United States of America. Mosby.

Mochtar, R 1998, Sinopsis obstetri: Obstetri fisiologi, obstetri patologi, Edisi ke 2, EGC, Jakarta.

NANDA 2005. “Nursing diagnosis definitions & classification”. Philadelphia. Locust Street.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar