Sabtu, 23 April 2011

gibbus


A.             
                                                              asuhan keperatan anak pada kasus gibbus
                                       
                                           konsep medis

          A. PENGERTIAN GIBBUS

Gibbus/Kyposis adalah lengkungan ke depan punggung atas (bungkuk). Biasanya merujuk pada bungkuk yang berlebihan, lebih dari 40-45 derajat.
Gibbus dapat terjadi sebagai akibat dari perkembangan masalah; penyakit degeneratif, seperti radang sendi tulang belakang; osteoporosis dengan fraktur kompresi tulang belakang atau trauma pada tulang belakang. Ini dapat mempengaruhi anak-anak, remaja dan orang dewasa.
Gibbus kasus ringan dapat menyebabkan beberapa masalah. Tapi kasus yang parah bisa mempengaruhi paru-paru, saraf dan jaringan dan organ lainnya, menyebabkan rasa sakit dan masalah lainnya. Pengobatan untuk gibbus tergantung pada penyebab kelengkungan dan dampaknya.

B.     JENIS-JENIS GIBBUS ATAU KYPOSIS
Secara umum dikenal tiga jenis kifosis.
1.       Congenital kyphosis,
Kelainan bawaan sejak di rahim ibu yang harus diatasi sedini mungkin, sebelum berusia 10 tahun.
2.       Postural kyphosis
Yang paling banyak ditemui (pada remaja putri) dan biasa disebut“bungkuk udang”.
3.       Scheuermann’s khyphosis
(diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali menandainya). Banyak terjadi di usia belasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu kurus. Bisa mempengaruhi tulang punggung atas dan bawah (panggul).

C.       ETIOLOGI
Ada banyak pemicu Gibbus. Di Indonesia, pemicu terbanyak adalah infeksi,terjangkit
virus atau bakteri, terutama mycobacterium tuberculosis (TBC) yang menyerang tulang
belakang.
Beberapa Gibbus sering terjadi dan dimulai pada masa remaja, anak laki-laki lebih sering terkena dibandingkan anak perempuan. Penyebabnya tidak diketahui. tulang belakang melengkung ke depan satu sama lain. Biasanya pada bagian punggung atas. Akibatnya, terjadi bungkuk.
Gibbus tidak hanyakarena faktor keturunan, melainkan juga dapat di sebabkan oleh:
Bisa disebabkan kecelakaan.
1.      Faktor kebiasaan duduk lama dalam posisi yang tidak tegak.
2.      Sering mengangkat beban yang berat dalam posisi tubuh yang bungkuk.
3.      Orang yang sudah tua, proses osteoporosis atau pengeroposan tulang.
4.      Pola makan yang tidak teratur serta pola nutrisi yang tidak seimbang (kurangnya kalsium dalam tulang)
5.      Kurang aktif atau tidak pernah bergerak,
6.      Merokok dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang
7.      Menderita penyakit hati, serta
8.      menderita penyakit ginjal, karena sering mengkonsumsi obat-obatan.

D.      MANIFESTASI KLINIK
Gibbus biasanya ditandai dengan demam dan nyeri pada tulang belakang serta rasa kaku pada tulang punggung sehingga pasien memiliki keterbatasan untuk bergerak. Gibbus juga sering tidak Menghasilkan gejala-gejala spesifik, yang dapat di lihat dari tanda yang terjadi pada penderita gibbus adalah berubahnya penampilan seorang menjadi kelihatan tidak menarik (bungkuk).


E.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setelah pemeriksaan dengan dokter, pasien biasanya perlu melakukan beberapa pemeriksaan radiologi untuk mengetahui jenis penyakit yang di derita oleh pasien misalnya :
1.       Foto Rontgen,
2.       MRI (Magnetic Resonance Imagine) dan
3.       EMG (Electro Myo Graphy).
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, baru dapat disimpulkan diagnosanya dan kemudian ditentukan terapinya, apakah perlu dioperasi atau tidak perlu operasi.

F.       PENCEGAHAN
Gibbus dapat dicegah sejak usia dini. Pada usia anak-anak, berlari dan melompat sesering mungkin sangat baik bagi kekuatan tulangnya. Saat anak-anak beranjak remaja, olahraga seperti basket, voli atau sepak bola, akan membuat tulang-tulangnya semakin padat dan kuat.
Kepadatan tulang yang maksimal dicapai pada usia 20 akhir atau awal 30-an baik pada wanita maupun pria. Lewat usia 30 tahun, massa tulang akan berkurang secara bertahap. Karena itu dianjurkan untuk tetap teratur berolahraga untuk mengimbangi proses pelapukan tulang tersebut.
Gerakan yang kompleks seperti aierobic, latihan beban, joging atau berjalan, merupakan olahraga ini akan menghasilkan kepadatan tulang yang lebih tinggi. Untuk hasil yang maksimal, sebaiknya olahraga dilakukan minimal tiga kali dalam seminggu.
Selain berolahraga secara teratur, asupan kalsium yang cukup juga sangat penting untuk mencegah Gibbus/pelapukan pada tulang. Sumber kalsium terbaik adalah susu. Sumber kalsium lainnya, beberapa jenis ikan, sayuran hijau, susu dan produk-produk susu yang rendah lemak.
Pada wanita menopause, kebutuhan kalsium akan meningkat karena produksi estrogen menurun. Tidak hanya kalsium, tubuh Anda juga membutuhkan vitamin D agar pencegahan osteoporosis berjalan maksimal. Proses penyerapan kalsium di dalam tubuh dibantu oleh vitamin D.
Kebutuhan vitamin D semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Konsumsi vitamin D yang cukup dari berbaai sumber seperti kuning telur, ikan laut dan hati, serta paparan sinar matahari yang mengandung ultraviolet B, akan memaksimalkan penyerapan kalsium.
Gaya hidup seseorang di masa muda juga akan mempengaruhi kesehatan di masa tua. Alkohol dan rokok adalah hal yang harus dihindari jika Anda meninginkan tubuh yang tetap tegak di usia senja. Alkohol diketahui dapat menimbulkan gangguan pada penyerapan kalsium di dalam tubuh, serta mempengaruhi sintesa vitamin D.
Selain itu, minuman yang banyak mengandung kafein seperti kopi dan minuman energi, sebaiknya juga dihindari. Karena kafein yang ada di dalam tubuh akan mengurangi penyerapan kalsium dan menyebabkan kalsium terbuang lebih banyak melalui urin.
Bila Anda telah menjalani gaya hidup sehat sejak dini, maka tubuh yang tetap tegak saat Anda beranjak tua pun bukan lagi merupakan angan-angan.

G.      PENATALAKSANAAN
Tulang bungkuk pada dasarnya bisa perbaiki atau diluruskan. Pada anak-anak lebih
mudah lagi ditangani karena tulangnya masih rawan/lentur
Pengobatan paling sering terdiri dari menggunakan penahan punggung atau tidur di atas kasur keras.
Pada gibbus ringan, punggung bisa diluruskan secara cepat dengan pengobatan, meskipun gejala-gejala tidak bisa diperbaiki. Hal ini tidak jelas apakah pengobatan kyphosis ringan mencegah lengkungan bertambah parah.
Ketika gibbus lebih berat, pengobatan bisa memperbaiki gejala-gejala dan mencegah lengkungan bertambah parah. Jarang terjadi, meskipun dalam pengobatan, kyphosis bertambah buruk terhadap beberapa perluasan dimana operasi dibutuhkan untuk menguatkan punggung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.      PENGKAJIAN
a)     Data Subyektif
·         Mengeluh demam, badan menggigil
·         Merasa lemah
·         Kulit teraba tebal dan kaku
·         Mengeluh nyeri hebat

b)     Data Obyektif
·         Kulit seluruh tubuh eritema dan eksfoliasi
·         Edema
·         Skuama halus / kasar
·         Rambut rontok
·         Elevated nail
·         Hiperpigmentasi paska inflamasi
c)      Data Penunjang
·         Pemerikasaan histopatologi

B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk melakukannya. ( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 : 17 ).

Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Gibbus adalah:
1.      Gangguan mobilitas fisik
2.      Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
3.      Perubahan konsep diri : Body image.
4.      Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
( Susan Martin Tucker, 1998 : 445 )

  1. RENCANA KEPERAWATAN.
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan di laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 :20 ).
Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai berikut :
1.    Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan nyeri.
·           Tujuan          : Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
·           Kriteria hasil            :
1)     Klien dapat ikut serta dalam program latihan
2)     Mencari bantuan sesuai kebutuhan
3)     Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
·      Rencana tindakan
1)     Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
Rasional : 
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
2)     Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
Rasional :
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
3)     Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :
§  Mattress
§  Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur.
Rasional :
Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
4)     Mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;
§  Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri (bersandar pada tembok ) maupun posisi menelungkup dengan cara mengangkat ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas bawah secara bersamaan.
§  Menelungkup sebanyak 3 – 4 kali sehari selama 15 – 30 menit.
§  Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas pernapasan.
Rasional :
Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot – otot paraspinal.
5)     Monitor tanda –tanda vital setiap 4 jam.
Rasional :
Untuk mendeteksi keadaan umum klien.
6)     Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet – lecet.
Rasional :
Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.
7)     Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Cairan dapat membantu menjaga faeces agar tetap lunak.
8)     Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek samping : bisa tak nyaman pada lambung atau diare.
Rasional :
Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan dapat menimbulkan efek samping.
2.    Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya peradangan sendi.
§  Tujuan                        : Rasa nyaman terpenuhi dan Nyeri berkurang / hilang
§  Kriteria hasil
a.       klien melaporkan penurunan nyeri
b.      menunjukkan perilaku yang lebih relaks
c.       memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang di [elajari dengan peningkatan keberhasilan.
§  Rencana tindakan
1)     Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru.
Rasional :
Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.
2)     Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
Rasional :
Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya terhadap nyeri klien.
3)     Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.
Rasional :
Korset untuk mempertahankan posisi punggung.
4)     Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.
Rasional :
Dengan ganti – ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme dan tegang sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.
5)     Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.
Rasional :
Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.


3.    Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
·                                                   Tujuan :Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping yang adaptif.
·                                                   Kriteria hasil               :          
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
·      Rencana tindakan
a.       Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus mendengarkan dengan penuh perhatian.
Rasional :
Meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.
b.      Bersama – sama klien mencari alternatif koping yang positif.
Rasional :
Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
c.       Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image.
Rasional :
Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan tidak merasa rendah diri.

4.    Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.
·         Tujuan                    : Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.



·         Kriteria hasil          :
a.    Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset
b.    Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
c.     Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.
·         Rencana tindakan
1.    Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya.
2.    Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
3.    Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
4.    Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
5.    Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.
6.    Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.

  1. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan di implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen tahap Implementasi:
    1. tindakan keperawatan mandiri
    2. tindakan keperawatan kolaboratif
    3. dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan. ( Carol vestal Allen, 1998 : 10
  1. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang di amati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan komponen tahap evaluasi.
a.       pencapaian kriteria hasil
b.      ke efektipan tahap – tahap proses keperawatan
c.       revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan.
Adapun kriteria hasil yang di harapkan pada klien Spondilitis tuberkulosa adalah:
1.      Adanya peningkatan kegiatan sehari –hari ( ADL) tanpa menimbulkan gangguan rasa nyaman .
2.      Tidak terjadinya deformitas spinal lebih lanjut.
3.      Nyeri dapat teratasi
4.      Tidak terjadi komplikasi.
5.      Memahami cara perawatan dirumah


















DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar